Daily Archives: 16 November 2009


RINGKASAN SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Organ Cairan pencerna Enzim Fungsi
mulut Saliva/ludah ptialin Mengubah zat tepung menjadi zat gula yang dapat larut dalam air (maltosa)
lambung Getah lambung a. renin Mengubah kasinogen menjadi kasein
b. pepsin Mengubah protein menjadi pepton
c. lipase gastrik Memulai hidrolisis lemak
duodenum empedu

 

Membantu kerja enzim pancreas, mengemulsikan lipid
duodenum Getah pankreas a. tripsin Menyederhanakan protein dan peptone
b. amilase Mengubah semua zat gula dan zat tepung menjadi maltose
c. lipase Menghidrolisi lemak menjadi as. Lemak dan gliserin
Usus halus Sukus enterikus a. enterokinase Activator tripsinogen dan erepsinogen
b. erepsin Menyederhanakan semua zat protein menjadi as. Amino
c. maltase, lakstase, sakarase Menyederhanakan semua karbohidrat menjadi glukosa , galaktosa dan fruktosa.

MANFAAT KEHATI


  1. UPAYA PELESTARIAN KEANEKARGAMAN HAYATI DI INDONESIA

Berdasarkan pasal 5 undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, serta bedasarkan strategi konservasi dunia, kegiatan konservasi sumber daya alam hayati mencakup 3 kegiatan yaitu :

  1. perlindungan system penyangga kehidupan.
  2. pengawetan keanekaragaman jneis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
  3. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

 

Ketiga kegiatan tersebut di jabarkan dalam 3 tema yaitu :

  1. melindungi dan menyelamatkan ragam hayati (saving)
  2. mengkaji ragam hayati (studying)
  3. memanfaatkan ragam hayati (using)

Untuk mencapai ketiga tema tersebut maka dilakukan beberapa pelestarian yang secara garis besar terdiri dari pelestarian in situ dan pelestarian ex situ.

  1. 1. Pelestarian in situ

pelestarian in situ ialah pelestarian flora dan fauna yang dilakukan dihabitat aslinya.  Pelestarian in situ dapat dilakukan di kawasan konservasi (cagar alam, suaka marga satwa, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata, taman buru dan sebagainya).

 

Berikut ini adalah pelestarian contoh pelestarian in situ di Indonesia :

No Konservasi flora dan fauna Tempat
1 Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) Taman Nasional Ujung Kulon
2 Komodo (Varanus komodoensis) Taman Nasional P.Komodo
3 Gajah (Elephas maximus) Sumatera
4 Maleo (Macrocephalon maleo) Sulawesi
5 Cendrawasih (Paradisea apoda) Papua
6 Edelwis (Anapkalis javanica) Taman Nasional Gn. Gede Pangrango
6 Bunga bangkai (Amorphophalus titanium) Bengkulu
7 Kayu hitam (Diospyrus celebica) Kalimantan
8 Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) Kalimantan Timur

 

  1. 2. Pelestarian ex situ

Pelestarian ex situ ialah pelestarian flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat aslinya.  Bentuk-bentuk pelestarian ex situ yaitu :

No Jenis konservasi ex situ Tempat

 

Kebun binatang

  1. kebun binatang ragunan
  2. kebun binatang wonokromo
  3. kebun binatang gembira loka

 

Jakarta

Surabaya

Yogyakarta

 

Kebun raya

  1. kebun raya bogor
  2. kebun raya cibodas
  3. kebun raya purwodadi
  4. kebun raya bali

 

Bogor

Cibodas

Purwodadi

Bali

 

Kebun botani, taman burung, taman kupu-kupu dan sebagainya

 

 

  1. B. MANFAAT KEANEKARAGAMAN HAYATI

 

Keanekaragaman hayati sangat penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari diantaranya ialah sebagai berikut :

  1. Kebutuhan Primer, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak.

–          Sandang, ulat sutera, domba, kapas

–          Pangan, padi, jagung, singkong, kentang, buah-buahan, sayuran dan lain-lain.

–          Papan, kayu jati, meranti yang digunakan untuk bahan bangunan

–          Udara segar, tumbuhan hijau akan menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan untuk pernapasan.

 

  1. 2. Kebutuhan Sekunder

–          alat transportasi, kuda, sapi, keledai dan lain-lain.

Rekreasi atau hiburan, taman bunga, taman bawah laut dan lain-lain.

  1. A. KLASIFIKASI MAHLUK HIDUP

Kehidupan dan jumlah mahluk hidup di dunia ini begitu banyak dan beragam jenisnya.  Sehingga dibuthkan suatu pengelompokkan mahluk hidup agar dapat dikenali satu sama lain.  Sejak dahulu, manusia telah mengklasifikasikan mahluk hidup.  Dasar dari klasifikasi adalah persamaan dan perbedaan ciri-ciri pada berbagai jenis mahluk hidup.  Tujuan manusia mengklasifikasikan mahluk hidup ialah untuk menyederhanakan objek studi agar lebih mudah dipelajari.  Cabang biologi yang mempelajari pengelompokkan mahluk hidup disebut taksonomi.

 

Klasifikasi yang umum kita kenal yaitu klasifikasi enam kingdom, yaitu :

    1. kingdom archaebacteria
    2. kingdom eubacteria
    3. kingdom protista
    4. kingdom fungi
    5. kingdom plantae
    6. kingdom animalia

 

Dalam pengelompokkan mahluk hidup diperlukan tingkatan pengelompokkan dari yang umum atau tingkat yang tinggi ke khusus atau tingkat yang terendah.  Tingkatan dalam klasifikasi disebut dengan takson.  Urutan takson dari yang tinggi ke yang paling rendah ialah sebagai berikut :

  1. kingdom

Merupakan takson yang paling tinggi yang membagi mahluk hidup menjadi 6 kingdom yaitu Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia.

 

  1. filum (hewan) atau division (tumbuhan)

Masing-masing kingdom terbagi lagi menjadi beberapa filum (untuk hewan) atau divisi (untuk tumbuhan).  Misalnya pada kingdom plantae terdapat divisi Bryophyte, Pteridophyta dan Spermathophyta.  Pada kingdom animalia terdapat filum Arthropoda.

 

  1. kelas

Tiap-tiap divisi atau filum terbagi menjadi beberapa kelas.  Sebagai contoh divisi spermathophyta terbagi menjadi kelas dikotil dan kelas monokotil.

 

  1. ordo (bangsa)

Ordo membagi kelas ataui subkelas menjadi ke golongan yang lebih khusus lagi.  Misalnya kelas dikotiledoneae terbagi menjadi subkelas Dialypetalae yang terdiri dari ordo Rosales, ordo Myrtales, ordo Ranales dan lain-lain.

 

  1. famili (suku)

Dari ordo ke famili kekerabatannya makin dekat. Misalnya ordo Rosales terdiri dari Famili Rosaceae, Famili Crassulaceae, Famili Pittosporaceae dan lain-lain.

 

  1. genus (marga)

Masing-masing terbagi lagi menjadi beberapa genus.  Pada tingkat genus kekerapatannya sudah sangat dekat dengan kata lein memiliki cirri morfologi yang hampir sama, misalnya famili rosaceae memiliki beberapa genus antara lain genus Rosa, Pyrus (golongan apel) dan lain-lain.

 

  1. spesies (jenis)

Kita mengenal tomat dan terong merupakan satu genus yang berbeda spesies.  Tomat memiliki nama ilmiah Solanum lycopersicum sedangkan terong memeiliki nama ilmiah Solanum melongena.  Contoh lain ialah buah apel (Pyrus malus) dengan buah pir (Pyrus communis).

Berikut ini contoh klasifikasi manusia (Homo sapiens)

Kingdom                     : Animalia

Filum                           : Chordate

Subfilum                     : Vertebrata

Kelas                           : Mammalia

Ordo                            : Primata

Famili                          : Hominidae

Genus                          : Homo

Spesies                        : Homo sapiens

 

Penamaan mahluk hidup (nomenclatur)

 

Penamaan mahluk hidup (nomenclature) yaitu prosedur penamaan hewan atau tumbuhan atau mahluk hidup lainnya yang termasuk objek klasifikasi kedalam kelompok atau kategori taksonomi.  Penamaan mahluk hidup bertujuan untuk menyamakan pandangan para ahli dan masyakat tentang penyebutan suatu organisme sehingga terjadi persamaan komunikasi dan tidak terjadi kekeliruan tentang nama suatu mahluk hidup.

System penamaan yang diterima oleh banyak ahli yaitu system penamaan yang di kemukakan oleh orang Swedia yang bernama Carolus Linnaeus (1707-1778).  Dia mengemukakan system penamaan dengan menggunakan 2 kata yang dilatinkan (Binomial nomenklatur).  Dalam binomial nomenklatur terdapat ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu :

  1. kata pertama merupakan penunjuk dari genus (marga) dan huruf pertama dari genus tersebut harus di tulis capital.  Contoh : Homo sapiens.
  2. Jika nama jenis ditulis tangan, maka harus diberi garis bawah pada kedua nama tersebut.  Homo sapiens.
  3. Jika nama penunjuk jenis pada tumbuhan lebih dari dua kata, kedua kata tersebut harus dirangkai dengan tanda penghubung.  Contoh : Hibiscus rosa-sinensis.
  4. Nama penemu boleh dicantumkan di akhir kata dengan singkatan atau nama pendek.contoh :

TEHNIK PENCERNIHAN AIR


TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Kumpulan Teknik Penyaringan Air Sederhana

Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi disebut sebagai planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi. Tetapi tidak jarang pula kita mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat musim kemarau disaat air umur mulai berubah warna atau berbau. Ironis memang, tapi itulah kenyataannya. Yang pasti kita harus selalu optimis. Sekalipun air sumur atau sumber air lainnya yang kita miliki mulai menjadi keruh, kotor ataupun berbau, selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya merubah/menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai.

Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah dengan membuat saringan air, dan bagi kita mungkin yang paling tepat adalah membuat penjernih air atau saringan air sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa air bersih yang dihasilkan dari proses penyaringan air secara sederhana tersebut tidak dapat menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air. Gunakan destilasi sederhana untuk menghasilkan air yang tidak mengandung garam. Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara penyaringan air :

1. Saringan Kain Katun.

Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring dengan menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan.

 

2. Saringan Kapas

Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan.

 

 

3. Aerasi

Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.

 

4. Saringan Pasir Lambat (SPL)

Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir Lambat (SPL).

 

5. Saringan Pasir Cepat (SPC)

Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir Cepat (SPC).

 

6. Gravity-Fed Filtering System

Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa / multi Saringan Pasir Lambat.

 

7. Saringan Arang

Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan arang aktif. Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk saringan arang yang direkomendasikan UNICEF pada gambar di bawah ini.

 

8. Saringan air sederhana / tradisional

Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Untuk bahasan lebih jauh dapat dilihat pada artikel saringan air sederhana.

 

9. Saringan Keramik

Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan darurat. Air bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui elemen filter keramik. Beberapa filter kramik menggunakan campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran yang ada dalam air baku akan tertahan dan lama kelamaan akan menumpuk dan menyumbat permukaan filter. Sehingga untuk mencegah penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik ini dapat dilakukan dengan cara menyikat filter keramik tersebut pada air yang mengalir.

 

10. Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu

Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini umum digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan untuk menyaring air yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi sawah.
Seperti halnya saringan keramik, kecepatan air hasil saringan dari jempeng relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.

 

11. Saringan Tanah Liat.

Kendi atau belanga dari tanah liat yang dibakar terlebih dahulu dibentuk khusus pada bagian bawahnya agar air bersih dapat keluar dari pori-pori pada bagian dasarnya. Lihat saringan keramik.

 

Teknologi Tepat Guna Penjernihan Air Dengan Biji Kelor (Moringa oleifera)

Teknologi Tepat Guna

Teknologi tepat guna, mengutip dari wikipedia, merupakan teknologi yang sesuai dengan negara yang berkembang atau daerah yang berada jauh dan terbelakang di negara industri, yang mana kemungkinan kekurangan uang dan kurang dalam kemampuan untuk mengoperasikan dan memelihara teknologi tinggi. Dalam prakteknya adalah sesuatu yang dideskripsikan sebagai teknologi yang sederhana dan kebanyakan sebagai teknologi permulaan yang dapat secara efektif dapat mencapai tujuan yang dimaksud.

Karakteristik dari teknologi ini adalah biaya rendah dan membutuhkan sedikit pemeliharaan. Semakin sering pemeliharaan dapat dikatakan tepat guna, bila pemeliharaan dapat diatasi oleh keahlian yang ada secara setempat, peralatan, dan bahan. Hanya disebut tepat guna bila menggunakan teknologi yang dapat diperbaiki secara setempat.

Disisi lain teknologi tepat guna dipandang sebagai teknologi yang dapat sesuai dengan lebih dari satu atau lebih penggunaan tertentu, khususnya digunakan secara setempat oleh anggota dari komunitas tertentu. Sebagai contoh adalah penggunaan secara langsung dari energi surya di India. Komunitas Auroville di Pondicherry India, telah memasang “Solar Bowl” yang besar, digunakan sebagai alat masak energi surya. Digunakan di tempat yang memiliki iklim yang memungkinkan matahari bersinar dengan cerah.

Teknologi tepat guna tidak berarti teknologi yang rendah. Penggunaan cahaya dari lampu LED kadang dapat digunakan di daerah yang terpencil dimana kebutuhan energi LED sangat sedikit sehingga dapat menghemat energi.

Dengan mengutamakan biaya yang rendah, penggunaan bahan bakar fosil yang sedikit, dan menggunakan sumber daya lokal dapat memberikan keuntungan yaitu keberlanjutan.

Pengolahan air

Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh mahluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga bagian dari seluruh permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang merupakan air manfaat yang dapat dipergunakan sebagai air bersih, untuk menjadi air bersih / air minum harus mengalami suatu Teknologi.

Teknologi yang diterapkan mulai dari pengambilan air baku, pengolahan air untuk menjadi air bersih yang sangat tergantung kualitas sumber air baku, kemudian melaui system distribusi melalui perpipaan ke area pelayanan.

Pengolahan Air dilakukan pada air baku yang pada hakekatnya tidak memenuhi standar kualitas air minum/bersih yang berlaku, sehingga unsur-unsur yang tidak memenuhi standar perlu dihilangkan ataupun dikurangi, agar seluruh air memenuhi standar yang berlaku. Hal ini dilaksanakan dengan pengolahan air. Teknologi untuk pengolahan air yang sangat tergantung dari sumber air baku dengan kualitas air yang bermacam-macam untuk dapat diolah.

Pusat-pusat pengolahan air perkotaan atau municipal water treatment dengan skala besar mengolah air dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coagulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar lalu me- ngendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil. Andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat setempat.

Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah penggunaan koagulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggunaan berbagai koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan besar.Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji tanaman Moringa oleifera. Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar ke mana-mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan daun yang kecil-kecil.

Moringa oleifera

Sinonim: Moringa pterygosperma,Gaertn.

Nama Lokal :

Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor).

 

Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman “drumstick” karena bentuk polong buahnya yang memanjang meskipun ada juga yang menyebut sebagai “horseradish” karena rasa akarnya menyerupai “radish”.

Kelor (moringa oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan keras serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).

 

Budidaya tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang panjang.

Penjernihan air

Biji kelor dibiarkan sampai matang atau tua di pohon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan serta kulit bijinya mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang putih. Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang “terbang” ke mana-mana.

Biji tak berkulit tersebut kemudian dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml).

Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan pasta tersebut ke dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi air bersih, lalu kocok selama lima menit hingga campur sempurna. Dengan cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor.

Saringlah larutan yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut melalui kain kasa dan filtratnya dimasukkan ke dalam air 20 liter (jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian diaduk secara pelan-pelan selama 10-15 menit.

Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan keluarga.

Efisiensi proses

Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat.Namun demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sempat terendapkan, khususnya bila air awalnya telah tercemar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilakukan, baik dengan cara memasak atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana.

Pustaka

  1. FG Winarno, Senior scientist M-Brio Biotekindo, Guru Besar Bioteknologi Unika Atma Jaya, Biji Kelor Untuk Bersihkan Air Sungai, Kompas, http://www.ampl.or.id/wawasan/wawasan-isi-pustaka.php?kode=21
  2. Iptek – Apji, Penjernihan Air Dengan Biji Kelor (Moringa Oleifera) http://iptek.apjii.or.id/pengelolaan%20air%20&%20sanitasi/PIWP/penjernihan_air_biji_kelor.html
  3. IPTEKnet, 2005, TANAMAN OBAT INDONESIA, Kelor (Moringa oleifera, Lamk.), http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=144
  4. Moringa oleifera, http://www.prn2.usm.my/mainsite/plant/moringa.html
  5. PUSKIM, Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan Biji Kelor dan Pohon Kelor http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/puskim/protek_kim/ttg_kim_270701/ttg_kim_ispadbk.htm
  6. PUSKIM, Teknologi Pasangan Bata – Teknologi Air Bersih, http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/puskim/Homepage%20Modul%202003/modulc2/Modul%20Air%20Bersih.pdf
  7. Wikipedia, Appropriate Technology, http://en.wikipedia.org/wiki/Appropriate_technology

NILAI BIOLOGI SEMESTER GANJIL KELAS XII


NILAI BIOLOGI

 

KELAS : XII IPA 1 SEMESTER:
no Nama

ulangan harian

rata-rata PRAK MID UAS RAPORT

 

PERT&PERK METABOLISME SUB.GENETIKA REPR.SEL MUTASI KOG AFE PSI

 

1 AKBAR AS’ARI 88 55 45 60 80 65,5

 

 

 

100

 

 

 

 

 

2 AMIRUDIN 35

 

 

60

 

19

 

 

 

95

 

 

 

 

 

3 ANTON NOVTIAWAN 45 50 20 60

 

35

 

 

 

90

 

 

 

 

 

4 APAN YAKUB 60 50 40 60 40 50

 

 

 

100

 

 

 

 

 

5 AYU SUMADI 68 50 40 60 80 59,5

 

 

 

100

 

 

 

 

 

6 CORNELIA AGATHY PUTRI 75

 

 

60 100 47

 

 

 

100

 

 

 

 

 

7 DEDE NURMANTO

 

55 35 60

 

30

 

 

 

100

 

 

 

 

 

8 DINI ARINI HIDAYAT 53 50 30 60

 

38,6

 

 

 

90

 

 

 

 

 

9 EKA MAFROHATUL AINI 58 65 50 60

 

46,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

10 ELIS AELISAH 68 70 35 60

 

46,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

11 ERIKA MAULINA 58 60 25 60

 

40,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

12 FAJAR FIRMANSYAH 48 40 30 60

 

35,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

13 FAUZIAH 63 35 35 60 80 54,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

14 FITRIA HS 53 45 40 60

 

39,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

15 JUBAEDAH 58 50 65 60 70 60,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

16 KHAPSAH 83 70 65 60 80 71,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

17 KIKI MULKIYAH 68 50 35 60 90 60,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

18 M.ALI RAMADHAN

 

55 25 60

 

28

 

 

 

90

 

 

 

 

 

19 MAELINI 60 60 40 60

 

44

 

 

 

100

 

 

 

 

 

20 MAESAROH 65 65 50 60 100 68

 

 

 

100

 

 

 

 

 

21 MAHDINI 43 60 30 60 50 48,6

 

 

 

90

 

 

 

 

 

22 MAHPUDOH 73 60 65 60 80 67,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

23 MOHAMAD REZA FAHLEFI 50 45 30 60 40 45

 

 

 

90

 

 

 

 

 

24 MUHAMAD FURQON 63 45 20 60

 

37,6

 

 

 

90

 

 

 

 

 

25 MUHAMAD SAMSUL 53 50 25 60

 

37,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

26 MUMUN MUNAWAROH 58 55 30 60

 

40,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

27 MUSLIKAH 63 65 40 60

 

45,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

28 NADIROH 48 50 40 60

 

39,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

29 NAJIULLAH 58 45 20 60 60 48,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

30 NENTI SUSWANTI 65 55 40 60 100 64

 

 

 

100

 

 

 

 

 

31 RAHAYU 58 45 25 60

 

37,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

32 RATU THUMAS SULISTIANAH 53 45 25 60

 

36,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

33 RIYANAH 68 55 30 60 60 54,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

34 ROBIANSYAH 48 50 25 60 40 44,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

35 ROSDIANA DEWI 70 55 30 60 60 55

 

 

 

100

 

 

 

 

 

36 SITI NUR 58 40 35 60

 

38,6

 

 

 

90

 

 

 

 

 

37 SITI HERLINA 75 45 45 60 80 61

 

 

 

100

 

 

 

 

 

38 SITI MUTMAINAH 75 65 50 60 80 66

 

 

 

95

 

 

 

 

 

39 SITI NURHOLILAH 53 50 20 60

 

36,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

40 SUPYATI DWI ARYANTI 60 45 30 60

 

39

 

 

 

100

 

 

 

 

 

41 SUSI SUSANTI 60 45 55 60 80 60

 

 

 

95

 

 

 

 

 

42 SUTIHAT ARDHI 63 60 40 60 100 64,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

43 TETI SUSANTI 68 45 30 60 90 58,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

44 YATNA 50 40 35 60

 

37

 

 

 

100

 

 

 

 

 

45 YUDI NUGRAHA 53 50 40 60

 

40,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

RATA-RATA 60 52 36

 

 

 

 

 

 

97,78

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KELAS : XII IPA 2 SEMESTER:
no nama

ulangan harian

rata-rata PRAK MID UAS RAPORT

 

PERT&PERK METABOLISME SUB.GENETIKA REPR.SEL MUTASI KOG AFE PSI

 

1 ABDI NUGRAHA 48 35 10 60

 

30,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

2 AHMAD SUHERI 58 50 20 60 40 45,6

 

 

 

75

 

 

 

 

 

3 AHMAD TAJUDIN HASAN 58 55 65 60 60 59,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

4 AHMAD YANI 65

 

 

60 40 33

 

 

 

85

 

 

 

 

 

5 ANIS KHAERUNISA 60 50 10 60

 

36

 

 

 

85

 

 

 

 

 

6 ANITA AMALIA ARISTRANTINI 73 65 70 70 100 75,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

7 ASEP SAEPUL BAHRI 58 25 25 60 40 41,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

8 DEDEN BASUKI 50 55 33 60 20 43,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

9 DESI SILAWATI

 

50 45 60

 

31

 

 

 

95

 

 

 

 

 

10 DEWI AMBARWATI 55 55 60 60

 

46

 

 

 

100

 

 

 

 

 

11 DEWI ANJANI 68 25 0 60

 

30,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

12 EKA TRI SUPARMATO 58

 

 

60 40 31,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

13 ELIS SUPRIHATIN 40 55 48 60

 

40,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

14 ERNAWATI 53 65 60 60 80 63,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

15 EVA MUTIAH 65 55 68 60 100 69,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

16 FIKA AYU YULIANINGSIH 60 60 60 60

 

48

 

 

 

100

 

 

 

 

 

17 HENDRA 50 45 30 60

 

37

 

 

 

75

 

 

 

 

 

18 HERNITA 50 55 50 60

 

43

 

 

 

95

 

 

 

 

 

19 IFROH FITRIYAH 65 50 55 60 80 62

 

 

 

100

 

 

 

 

 

20 ISROIL

 

20 20 60

 

20

 

 

 

85

 

 

 

 

 

21 JAENUDIN 70 50 40 60

 

44

 

 

 

100

 

 

 

 

 

22 JAJULI 55 60 48 60 40 52,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

23 JULEKAH 58 45 35 60

 

39,6

 

 

 

90

 

 

 

 

 

24 KARMAN 63 70 20 60 20 46,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

25 M. IRSYAD 73 65 28 60

 

45,2

 

 

 

90

 

 

 

 

 

26 M.ROHIMIN 68 60 30 60

 

43,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

27 MAMDUKAH 80 65 58 60

 

52,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

28 MILLAH NULIYANI AHLABIYAH 65 65 55 60

 

49

 

 

 

95

 

 

 

 

 

29 MOCH. IMAMUDIN 55 25 55 60

 

39

 

 

 

95

 

 

 

 

 

30 MUAYADAH 60 60 65 60

 

49

 

 

 

95

 

 

 

 

 

31 MUHAMAD MUSTAKIM 60 20 20 60

 

32

 

 

 

95

 

 

 

 

 

32 NURHASANAH 60 55 25 60

 

40

 

 

 

90

 

 

 

 

 

33 NURROHMAN 73 50 20 60

 

40,6

 

 

 

80

 

 

 

 

 

34 RUARSIH D 73 65 53 60

 

50,2

 

 

 

100

 

 

 

 

 

35 SANAJI

 

50 30 60

 

28

 

 

 

85

 

 

 

 

 

36 SELFIANAH 58

 

 

60 40 31,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

37 SITI NURBAYA 50 50 35 60

 

39

 

 

 

95

 

 

 

 

 

38 SITI RODIAH WATI 53 35 20 60

 

33,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

39 SOBRI 65 60 48 60 40 54,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

40 SUADAH 50 55 50 60

 

43

 

 

 

95

 

 

 

 

 

41 TONI HIDAYAT 63 40 25 60 40 45,6

 

 

 

75

 

 

 

 

 

42 TUTI ANIAWATI 78 55 55 60

 

49,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

43 URIP SAPIKRI 60 35 35 60

 

38

 

 

 

75

 

 

 

 

 

44 WIDIHASTUTI 63 55 25 60

 

40,6

 

 

 

95

 

 

 

 

 

45 YOGIE ROSTRIA BHAKTI 58 70 15 60 20 44,6

 

 

 

100

 

 

 

 

 

RATA-RATA 61 51 39

 

 

 

 

 

 

93